Monday, February 9, 2009

Cara Penanggulangan HIV AIDS

Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Padahal jika dipahami secara logis, HIV/AIDS bisa dengan mudah dihindari. Bagaimana itu?

Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 1987, kasus HIV/AIDS ditemukan untuk pertama kalinya hanya di Pulau Bali. Sementara sekarang (2007), hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan kasus HIV/AIDS.

Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyedot perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh masyarakat.

HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :

  • Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  • Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
  • Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
  • Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)

Penularan

HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :

  1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  2. Dermatitis generalisata yang gatal
  3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
  4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

  1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
  2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
  3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
  4. Bayi yang ibunya positif HIV

HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

Skrining Dengan Teknologi Modern

Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa diseput sebagai ‘periode jendela’. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.

Tipe test yang lain adalah test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika Serikat.

Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif) harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk memastikan diagnosis positif. Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan cairan tubuh lainnya untuk menemukan antibodi HIV. Mereka adalah

  • Test Cairan Oral. Menggunakan cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus. Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.

  • Test Urine. Menggunakan urine, bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western Blot dengan sampel urine yang sama.

Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.

Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki fasilitas yang sama.

Obat Antidiabetes

berikut ini merupakan obat-obat antidiabetik,antara lain :

a. abenon (sup: Heroic)
glibenklamid 5mg
indikasi : Diabetes Mellitus tipe II apabila diet saja kurang adekuat

b. amaryl (sup:Aventis)
glibenklamid 5mg
indikasi : Diabetes Mellitus (DM) pada orang dewasa

d. diabenese (sup:Pfizer)
klorpropamide 100mg; 250mg
indikasi : Diabetes Mellitus (DM) tanpa komplikasi tipe nonketonik ringan, sedang atau parah

e. diabex (sup:Combiphar)
metformin HCl 500mg/tab; 850mg/tab forte
indikasi : Diabetes Mellitus (DM) orang dewasa yang tidak terkontrol dengan memuaskan oleh diet dan obat lain, pengobatan utama dan tambahan, tunggal atau kombinasi dengan insulin atau sulfonilurea

f. diamicron (sup:Servier, Darya varia)
Gliklazid 80mg
indikasi : semua jenis diabetes, diabetes dengan atau tanpa kegemukan pada orang dewasa, diabetes pada usia lanjut dan diabetes dengan komplikasi vaskuler.

g. glidabet (sup:Kalbe farma)
Gliklazid 80mg
indikasi : Diabetes Mellitus (DM) tipe II dimana modifikasi diet gagal dalam mengendalikan hiperglikemia

sumber ISO Indonesia vo.42 th 2007

mengenal asam urat dan obatnya

asam urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel dalam darah.

Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu.

Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung purin.

Kesimpulan singkat tentang asam urat

Gejala Asam Urat

  • Kesemutan dan linu
  • Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
  • Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

Solusi Mengatasi Asam Urat

  • Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar normalnya adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk pria.
  • Kontrol makanan yang dikonsumsi.
  • Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.

Makanan yang Dihindari (mengandung banyak purin)

  • Lauk pauk seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.
  • Makanan laut seperti udang, kerang, cumi, kepiting.
  • Makanan kaleng seperi kornet dan sarden.
  • Daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental.
  • Kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti tempe, tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping.
  • Sayuran seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus, kembang kol, buncis.
  • Buah-buahan seperti durian, alpukat, nanas, air kelapa.
  • Minuman dan makanan yang mengandung alkohol seperti bir, wiski, anggur, tape, tuak.
Adapun salah satu contoh obat yang dapat digunakan untuk menghilangkan asam urat, Gout antara lain allupurinol, piroxicam, meloxicam dsb

Sunday, February 8, 2009

Kedelai Hitam Cegah Diabetes dan Kegemukan

Makan kedelai hitam secara teratur mungkin mencegah kegemukan bahkan menurunkan risiko serangan diabetes. Meski baru terbukti pada tikus, saran ini patut dipertimbangkan.

Dalam penelitian yang dimuat dalam Journal of the Science of Food and Agriculture edisi Februari, tim peneliti dari Korea Selatan mempelajari pengaruh diet kedelai hitam terhadap 32 ekor tikus. Setiap hari, tikus-tikus tadi diberi makan sebanyak-banyaknya dengan kandungan kedelai hitam yang bervariasi.

Setelah dua minggu, tikus yang memperoleh 10 persen energinya dari kedelai hitam mengalami kenaikan berat badan yang tidak terlalu banyak, hanya setengah dari kenaikan berat badan tikus kontrol. Kadar kolesterol di darah juga 25 persen lebih rendah. Demikian pula dengan kolesterol LDL yang merugikan, kadarnya 10 persen lebih rendah.

Menurut David Bender, wakil dekan di Royal Free and University College Medical School, London, Inggris, protein pada kedelai hitam mungkin menurunkan produksi asam lemak dan kolesterol. Protein tersebut berperan saat lemak diuraikan di dalam hati dan jaringan lemak. Temuan ini menjelaskan mengapa makanan tradisional di sejumlah negara Asia memanfaatkan kedelai hitam untuk melawan diabetes.

Masalah utama diabetes tipe 2, yang banyak menyerang penduduk dunia, adalah rusaknya kerja insulin karena jaringan lemak yang terbentuk terlalu berlebihan. Karena itu, dengan pembentukan jaringan lemak yang lambat dan berat badan tidak naik terlalu cepat, pengendalian glikemi atau pengaruh makanan terhadap kadar gula darah juga makin baik.

Sumber : http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0702/27/161439.htm

Teh Hitam, Peredam Penyakit Jantung, Kanker dan Diabetes


Penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, darah tinggi serta kanker hati sekarang masih menjadi penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia. Belakangan, penyakit tersebut tak hanya menyerang orang lanjut usia karena faktor degeneratif tapi usia produktif.

Indonesia pun dikenal sebagai negara dengan pengidap diabetes nomor empat terbnyak di dunia. Usia penderita diabetes pun makin merentang ke bawah dengan usia 25-45 tahun. Sementara sepuluh tahun lalu pasien diabetes rata-rata mereka yang berusia 50 tahun ke aras.
Salah satu penyebab dari munculnya penyakit tersebut adalah adanya akumulasi radikal bebas atau oksidan. Radikal bebas dapat menghancurkan sistem jaringan dan integritas DNA dalam tubuh kita. Kondisi ini menstimulus percepatan proses penuaan, penghancuran lever dan menyebabkan penyakit papan atas lainnya seperti penyakit jantung dan kanker.

Setelah kemajuan industri, dan makin tingginya peluang terkena penyakit tersebut, orang-orang beralih ke pengobatan pencegahan, berupa minuman dari bahan natural. Salah satunya adalah mengkonsumsi minuman yang mengandung zat alami yang dapat mengurangi radikal bebas seperti teh hitam atau black tea.

Khasiat teh hitam diungkap Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr. Ali Khomsan MS dan ahli kesehatan jantung dr. Mohammad Taufik Spj. ”Memang benar teh hitam atau black tea mempunyai manfaat seperti menurunkan risiko kanker, mencegah jantung koroner, mencegah penuaan dan juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah,” papar Prof Dr Ali Khomsan MS.

Lebih lanjut Ali Khomsan menjelaskan, dari berbagai referensi, diketahui bahwa black tea yang selama ini dikonsumsi masyarakat kita, cukup banyak mengandung komponen senyawa yang baik bagi tubuh. Utamanya adalah antioksidan serta Theaflavin cukup tinggi. Senyawa itulah yang mempunyai efek dapat mengurangi risiko-risiko penyakit seperti kanker dan mencegah jantung koroner.

”Teh hitam atau black tea dibuat dari pucuk daun teh segar yang dibiarkan menjadi layu sebelum digulung, kemudian dipanaskan dan dikeringkan. Teh hitam disebut juga teh fermentasi,” katanya.

Salah seorang pakar kesehatan jantung dari Kota Hujan Bogor, Dr H.Mohammad Taufik Sp.J mendukung pendapat Prof Dr Ali Khomsan yang menyebutkan black tea bermanfaat untuk mengurangi penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan stroke.

Sayangnya, menurut Taufik, manfaat yang terkandung dalam meminum teh hitam belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi maupun publikasi dari berbagai penelitian tentang manfaat black tea bagi kesehatan. B

Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta (RSJHK) juga memaparkan hasil penelitiannya dalam talkshow dengan tema ”Efek Teh Hitam dalam Mencegah dan Mengatasi Risiko Penyakit Jantung Koroner” yang diadakan di Aula RSJHK Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut hasil penelitian tersebut, Katekin–zat yang disebut dapat melawan penyakit degeneratif–ternyata berupa senyawa Theaflavin. Senyawa ini merupakan antioksidan, antikanker, antimutagenik, antidiabetes dan anti penyakit lainnya. Senyawa Theaflavin dalam teh hitam jumlahnya cukup signifikan.

Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Berdasarkan sumbernya, anti oksidan dapat dibagi menjadi antioksidan alami dan sintetis. Theaflavin merupakan antioksidan alami yang sangat potensial.

Kemampuannya sebagai penangkap radikal bebas sudah tidak dapat dipungkiri lagi kesahihannya. Kemampuan theaflavin sebagai antioksidan ternyata tidak cukup sampai di situ. Aktivitasnya sebagai antioksidan dalam menghambat oksidasi LDL (Low Density Lippoprotein) ternyata menunjukkan hal yang menakjubkan.

Dalam seduhan teh hitam, Theaflavin memberikan warna merah kekuningan, sementara itu Thearubigin dan Theanapthoquinone masing-masing memberi warna merah kecoklatan dan kuning pekat. Untuk hal rasa, bersama-sama Kafein, Theaflavin yang ada dalam teh hitam memberikan rasa segar.

Penelitian di Belanda menyimpulkan bahwa kebiasaan minum teh hitam atau black tea dapat mencegah penimbunan kolesterol pada pembuluh darah arteri, terutama pada wanita. Minum teh hitam satu sampai dua cangkir mampu menekan penimbunan kolesterol hingga 46 %, dan jika minum empat cangkir dapat mencapai 69 %.

Hal tersebut ditunjang oleh hasil penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan serangan jantung berkurang 40 % pada orang-orang yang membiasakan minum teh hitam. Teh hitam juga menunjukkan kemampuan yang meyakinkan sebagai sumber bahan pangan alami bagi para penderita diabetes terutama dalam kapasitasnya menaikkan aktifitas insulin.

Penelitian yang dilakukan Departemen Pertanian Amerika Serikat yang telah dipublikasikan dalam Journal Agric Food Chem 2002, menunjukkan kemampuan teh hitam meningkatkan aktifitas insulin melebihi dari teh hijau maupun teh Oolong.

Menurut Mohammad Taufik, biasanya, para ahli kesehatan akan mempublikasikan hasil penelitiannya, setelah beberapa kali melakukan penelitian. Bila hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang sama, baru penelitian tersebut dipublikasikan. Namun bila baru satu kali penelitian, hasilnya belum akan dipublikasikan.

“Kalau penelitian itu baru sekali kami lakukan tidak mungkin kami mempublikasikannya. Biasanya penelitian yang telah dipublikasikan adalah penelitian yang telah berulang-ulang,” kata dokter sepesialis jantung ini.

Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu teh hitam (fermentasi atau oksimatis, kependekan dari Oksidasi ensimatis), teh Oolong dan teh hijau. Konsekuensi logis dari perbedaan proses tersebut, menyebabkan lahirnya perbedaan produk teh baik secara fisik maupun kimia.

Secara kimia, perbedaan yang paling menonjol adalah perbedaan kandungan komposisi senyawa Polyfenol. Pada proses pengolahan teh hitam, dan teh Oolong, sebagian Katekin berubah menjadi Theaflavin, Thearubigin, dan Theanaphtoquinone. Meski tidak sepopuler nenek moyangnya (Katekin), Theaflavin sudah banyak dipelajari oleh sejumlah peneliti. (osa/ri)

Sumber: Republika Online

Madu Cegah Amputasi Pasien Diabetes

Mengoleskan madu pada bagian kaki yang luka, merupakan alternatif untuk menghindari terjadinya amputasi pada pasien diabetes. Hal tersebut dibuktikan oleh seorang dokter dari Universitas Wisconsin, AS, yang berhasil membantu pasien-pasiennya menghindari amputasi. Kini ia berencana menyebarkan terapi madu tersebut.

Menurut Profesor Jennifer Eddy dari University School of Medicine and Public Health, madu bisa membunuh bakteri karena sifat asamnya, selain itu madu juga efektif menghindari sifat kebal bakteri akibat penggunaan antibiotik. “Ini adalah hal yang penting dalam dunia kesehatan,” katanya. Dalam terapi madu ini, bagian yang luka baru bisa diolesi setelah kulit mati dibersihkan.

Pasien diabetes memang seharusnya sejak dini memerhatikan secara serius bagian kaki, terutama untuk mencegah terjadinya luka yang berlanjut dengan infeksi. Memberi perhatian serius pada kaki dengan melakukan kontrol yang baik terhadap penyakit diabetes yang diidap disebabkan timbulnya gangguan pada kaki penderita diabetes.

Gangguan itu berupa kerusakan pada saraf dan kerusakan pembuluh darah dan infeksi yang membuat penderita diabetes mengalami mati rasa (baal) pada kakinya. Karena itu, biasanya penderita diabetes tidak menyadari terjadinya luka pada kaki karena tak langsung tampak.

Terapi madu telah digunakan sebagai pengobatan alternatif di Eropa, bahkan di Selandia Baru terapi ini dipakai untuk mengobati sulit tidur. Profesor Eddy mulai tertarik untuk mencoba terapi madu setelah mengetahui tradisi penggunaan madu dalam dunia pengobatan masa lampau.

Ia mulai melakukan uji coba sejak enam tahun lalu. “Saya mulai mencoba terapi ini setelah segala pengobatan gagal. Sejak kami memakai madu, penggunaan semua jenis antibiotik kami hentikan dan berhasil,” katanya. Sampai saat ini penelitian tersebut masih berlanjut dan diharapkan selesai pada tahun 2008 atau 2009.

Omega-3 Dapat Turunkan Resiko Diabetes Tipe-1

Anak-anak yang berisiko tinggi akan diabetes tipe 1 dapat menurunkan risiko mereka jika mereka mengonsumsi asam lemak omega–3 secara teratur, menurut pendahuluan suatu riset. Hal ini dipublikasikan dalam Jurnal Asosiasi Medis Amerika (Journal of the American Medical Association/JAMA).

Penulis menyatakan, “Diabetes mellitus tipe 1 merupakan penyakit autoimum yang ditandai dengan rusaknya sel-sel beta yang memproduksi insulin dalam pankreas. Meskipun tidak diketahui apa yang memicu proses autoimun, dipercaya bahwa faktor genetik dan lingkungan berkontribusi terhadap proses penyakit.”

Mereka juga menjelaskan bahwa beberapa faktor makanan berkaitan dengan mula diabetes tipe 1, begitu juga poses autoimun yang akhinya berujung pada penyakit tersebut.

Studi ini melibatkan 1.770 anak-anak selama periode 1994-2006, mereka semua berisiko tinggi terkena diabetes tipe 1. Untuk dikategorikan berisiko tinggi, anak-anak tersebut memiliki saudara kandung atau orangtua yang mengidap diabetes atau memiliki genotip (human leukocyte antigen) HLA berisiko tinggi diabetes.

Mereka semua diperiksa kembali 6,2 tahun kemudian (rata-rata). Autoimun pankreas diperiksa dalam kaitannya dengan asupan asam lemak tidak jenuh ganda yang dimulai sejak usia 1 tahun. Sumber utama asam lemak tak jenuh ganda dari laut adalah ikan. Peneliti mengukur makanan anak-anak menggunakan kuesioner frekuensi makanan.

Sebuah studi Cohort yang melibatkan 244 anak-anak juga dilakukan dimana diukur risiko diabetes (IA) akibat kandungan asam lemak tak jenuh ganda pada membran eritrosit (bagian terluar dari sel darah merah).

Setelah ditindaklanjuti, 58 anak menjadi positif IA. Menyesuaikan tipe HLA, prevalensi diabetes tipe 1 dalam keluarga, total kalori yang diminum dan total asam lemak omega-6, total asam lemak omega-3 menurunkan risiko IA sebanyak 55%. Hubungannya bahkan lebih kuat ketika hasilnya didefinisikan terbatas kepada mereka yang positif dua atau lebih autoantibodi.

Penulis menyimpulkan,”Studi kami menyarankan bahwa konsumsi asam lemak omega-3 yang lebih banyak berhubungan dengan penurunan risiko IA pada anak-anak berisiko tinggi diabetes tipe1 secara genetik.”

Sumber asli : http://rumahdiabetes.com/2008/12/omega-3-dapat-turunkan-resiko-diabetes-tipe-1/


Obat Baru Atasi Diabetes

Harapan baru telah muncul bagi para penderita diabetes (diabetesi) di Indonesia khususnya yang menjalani pengobatan tetapi belum juga menunjukkkan perbaikan yang siginifikan.
Kini, telah hadir obat generasi baru berzat aktif Vildagliptin, yang diklaim memiliki keunggulan dibandingkan kelompok atau generasi sebelumnya.

Gambar: Galvus (vildagliptin) obat oral yang dikonsumsi sekali sehari untuk penderita diabetes tipe 2. Vildagliptin bekerja dengan meningkatkan jumlah dua hormon inkretin yang ditemukan di tubuh disebut glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan glucose-dependent insulinotropic peptide (GIP).

Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Dr Pradana Soewondo Sp.PD-KEMD, menyatakan, Vildagliptin merupakan obat oral diabetes yang menggunakan pendekatan baru.

“Selama ini, pengobatan diabetes hanya memperhatikan insulin (hormon yang menurunkan kadar glukosa darah) saja, sementara glukagonnya (yang meningkatkan kadar glukosa darah) belum disentuh,” ungkap Soewondo dalam acara Media Edukasi Penatalaksanaan Diabetes di Jakarta, Kamis (16/10).

Vildagliptin bertindak sebagai inhibitor protein Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 Inh) yang poten, selektif dan reversibel. Secara sederhana, obat ini bekerja dengan cara memperbaiki fungsi sel beta pankreas (sel yang memproduksi insulin) dan sel alfa pankeras (yang memproduksi glukagon) serta memperbaiki sensitivitas insulin.

Inkretin
Menurut Soewondo, selain kekurangan insulin, diabetesi juga mengalami kekurangan hormon inkretin, sejenis hormon yang disekresi saluran usus ketika makanan masuk, berfungsi mengatur dan mengontrol glukosa darah. Inkretin juga berperan dalam memperbaiki fungsi keseimbangan antara glukagon dan insulin.

Kurangnya inkretin disebabkan oleh hadirnya protein DPP-4 yang bekerja memecah inkretin. Padahal, kurangnya hormon inkretin ini dapat mengganggu keseimbangan antara glukagon dan insulin.

“Dengan hadirnya inhibitor (penghambat) DPP-4, keseimbangan akan tercapai sehingga fungsi organ pankreas pun akan meningkat,” ungkap Soewondo.

Vildagliptin, lanjutnya, juga menghasikan efek farmakologik memperbaiki fungsi sel beta yang rusak dan menjadi satu-satunya yang bekerja terhadap sel alfa. Hasil uji klinis menunjukkan, pasien yang mendapat vildagliptin 50mg satu tablet sehari, sel betanya lebih sensitif terhadap glukosa dibandingkan yang tidak.

“Dengan kata lain, Valdigliptin mampu meningkatkan fungsi pankreas yakni memperbaiki sensitifitas sekresi glukagon terhadap glukosa dan memperbaiki sensitifitas sekresi insulin terhadap glukosa,” ungkapnya.

Vildagliptin akan dipasarkan PT Dexa Medica efektif mulai Oktober 2008 ini. Obat ini sebenarnya ditemukan oleh Novartis, perusahaan farmasi yang berpusat di Swiss, tetapi di Indonesia obat ini akan dipasarkan oleh Dexa Medica.

“Novartis dan Dexa Medica melakukan sharing competency untuk memasarkan obat ini ke konsumen di Indonesia. Sosialisasi dan perkenalan kepada para dokter akan segera dilakukan pekan ini di 6 kota besar,” ungkap Head Marketing and Sales Sinergi Dexa Medica, Dorothy Maria Dharma.

Sumber: Kompas.com | Kamis, 16 Oktober 2008 | 18:45 WIB